Pemakaman atau kuburan adalah sebidang tanah yang disediakan untuk kuburan. Pemakaman bisa bersifat umum maupun khusus, misalnya pemakaman menurut agama, pemakaman pribadi milik keluarga, Taman Makam Pahlawan, dan lain sebagainya. Biasanya pemakaman selalu identik dengan memasukan jenazah ke dalam liang lahat atau tanah.
Namun tidak demikian dengan pemakaman terunik dan teraneh yang ada di beberapa tempat di Indonesia ini. Sebab, salah satu pemakaman aneh ini hanya meletakan mayat diatas tanah. Selain itu, ada pula yang menaruh mayat di dalam lubang pohon dan lain sebagainya. Seperti apa sajakah keunikan dan keanehan pemakaman yang ada di Indonesia? Ini beberapa diantaranya yang mungkin belum Anda ketahui.
1. Trunyan, Bali
2. Makam Raja-Raja Imogiri, Yogyakarta
3. Kuburan Dayak Benuaq, Kalimantan Timur
4. Kuburan bayi kambira, Tana Toraja
5. Batu Karang Terjal Londa, Tana Toraja
6. Pemakaman Batu lemo, Tana Toraja
Namun tidak demikian dengan pemakaman terunik dan teraneh yang ada di beberapa tempat di Indonesia ini. Sebab, salah satu pemakaman aneh ini hanya meletakan mayat diatas tanah. Selain itu, ada pula yang menaruh mayat di dalam lubang pohon dan lain sebagainya. Seperti apa sajakah keunikan dan keanehan pemakaman yang ada di Indonesia? Ini beberapa diantaranya yang mungkin belum Anda ketahui.
1. Trunyan, Bali
By Yusuf IJsseldijk (Flickr: IMG_2984 - Version 2), via Wikimedia Commons
Sebagaimana masyarakat Bali umumnya, Warga Desa Trunyan juga mengenal ngaben, namun di desa ini mayatnya tidak dibakar. Melainkan mayat mereka taruh begitu saja di sebuah areal hutan. Anehnya, mayat itu tak akan mengeluarkan bau busuk meski sudah disana selama berbulan-bulan. Mengapa mayat yang menggeletak begitu saja di sema itu tidak menimbulkan bau? Padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut? Hal inilah yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk mengunjungi lokasi wisata ini. Adapun sebabnya, di areal hutan tersebut terdapat sebuah pohon yang dikenal bernama Taru Menyan yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sementara Menyan bermakna harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Trunyan yang diyakini sebagai asal muasal nama desa tersebut.2. Makam Raja-Raja Imogiri, Yogyakarta
Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT), via Wikimedia Commons
Makam Imogiri merupakan kompleks makam Raja-Raja Mataram Islam beserta keturunannya, yakni Raja-raja yang bertahta di Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kompleks Makam Imogiri terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul dan dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Konon, Sultan Agung sudah mempersiapkan makam tersebut sebelum dirinya wafat. Dibangun sekitar tahun 1632 oleh Sultan Agung, raja Mataram Islam terbesar, bangunan makam lebih bercorak bangunan Hindu. Pintu gerbang makam dibuat dari susunan batu bata merah tanpa semen yang berbentuk candi Bentar. Memasuki makam raja-raja Mataram jelas tidak sama dengan memasuki pemakaman umum. Untuk masuk ke makam Sultan Agung, maka selain harus mengenakan pakaian adat Jawa, kita harus melepas alas kaki, juga harus melalui tiga pintu gerbang. Bahkan yang bisa langsung berziarah ke nisan para raja itu pun terbatas pada keluarga dekat raja atau masyarakat lain yang mendapat izin khusus dari pihak Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta. Oleh sebab itu, peziarah awam yang tidak siap mengenakan pakaian adat Jawa, terpaksa hanya bisa melihat pintu gerbang pertama yang dibuat dari kayu jati berukir dan bertuliskan huruf Jawa berusia ratusan tahun, dengan grendel dan gembok pintu kuno. Hanya para juru kunci pemakaman itu yang bisa membuka gerbang tersebut. Jika masyarakat awam bisa melihat ”isi” di balik pintu gerbang pertama, itu pun ketika keluarga raja datang, pintu gerbang dibuka lebar, dan masyarakat bisa melinhat sebentar sebelum gerbang itu ditutup. Rasa penasaran itu pula yang menyebabkan misteri makam raja Mataram tetap terpelihara.3. Kuburan Dayak Benuaq, Kalimantan Timur
Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT), via Wikimedia Commons
Kuburan orang Benuaq atau Bentian di pedalaman Kalimantan Timur tidak didalam tanah seperti layaknya suku lain. Ketika pertama meninggal mereka akan dimakamkan didalam kotak yang di sanggah oleh tiang atau di gantung pada tali. Kemudian setelah beberapa tahun kuburan itu dibuka lagi dan tulang belulang orang yang mati di doakan lalu di masukan kedalam kotak bertiang yang permanent. Pada umumnya tiap keluarga mempunyai kuburannya masing-masing dan kebanyakan letaknya disamping rumah keluarga, tidak di pemakaman umum seperti kebanyakan di kota atau kampung lain. Hampir tiap malam terdengar musik pemanggil arwah orang yang sedang mengadakan upacara tarian Beliatn dan mantra penyembuhan untuk anak ataupun untuk mendoakan orang meninggal.4. Kuburan bayi kambira, Tana Toraja
By mattjlc (DSCF4769), via Wikimedia Commons
Kuburan bayi di Kambira masih di wilayah Tana Toraja. Kuburan bayi ini disebut Passiliran, Lokasi Pekuburan Bayi ini di Kambira. Hanya Bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di dalam sebuah lubang di pohon Tarra‘. Bayi-bayi tersebut dianggap masih suci. Pilihan Pohon Tarra‘ sebagai pekuburan karena pohon ini memiliki banyak getah, yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Dan mereka menganggap seakan akan bayi tersebut dikembalikan ke rahim ibunya. Dan berharap, pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang lahir kemudian. Pelaksanaan Upacara dilakukan secara sederhana, dan bayi yang dikuburkan begitu saja kedalam lubang pohon tanpa di bungkus. Setelah itu lubang pohon ditutup dengan anyaman ijuk, ibarat bayi yang masih berada di rahim ibunya. Penempatan jenazah bayi di pohon ini, sesuai dengan strata sosial masyarakat. Makin tinggi derajat sosial keluarga itu maka makin tinggi pula letak bayi yang dikuburkan di batang pohon tarra. Bayi yang meninggal dunia diletakkan sesuai arah tempat tinggal keluarga yang berduka. Setelah puluhan tahun, jenazah bayi itu akan menyatu dengan pohon dan merupakan daya tarik bagi wisatawan.5. Batu Karang Terjal Londa, Tana Toraja
Batu Karang Terjal Londa
Kuburan londa yang ada di Tana Toraja merupakan kuburan pada sisi batu karang terjal. terletak sekitar 11 kilometer arah utara dari kota Makale ibu kota kabupaten Tana Toraja. Suasana dalam gua sangat lembab dan sedikit menyeramkan, sebab tengkorak dan tulang belulang banyak berserakan. Orang meninggal yang di masukkan ke dalam gua dibuatkan patung yang mereka sebut sebagai tau-tau. Patung ini akan mewakili karakter dari si orang meninggal. Londa banyak di kunjungi oleh wisatawan mancanegara karena sejarah dan keunikan pekuburan ini sangat khas, londa kecamatan saggalai tepatnya di desa sendan uai di Toraja. Salah satu sisi dari kuburan itu berada di ketinggian dari bukit mempunyai gua yang dalam dimana peti-peti mayat di atur dan di kelompokkan berdasarkan garis keluarga. Disisi lain dari puluhan tau-tau berdiri secara hidmat di balkon. Wajah mereka seperti hidup, mata terbuka memandang dengan penuh wibawa.6. Pemakaman Batu lemo, Tana Toraja
Pemakaman Batu lemo
Tempat pekuburan atau persemayaman jenazah berbentuk lubang-lubang pada dinding cadas. Tempat ini merupakan hasil kreasi orang Toraja yang luar biasa. Bagaimana tidak, sebab persemayaman yang telah ada sejak abad ke-16 itu dibuat dengan cara memahat tebing batu. Saat itu, tentu dengan peralatan yang sangat sederhana. Lemo terletak di desa (lembang) Lemo. Sekitar 12 kilometer sebelah selatan Rantepao atau enam kilometer sebelah utara Makale. Dinamai Lemo karena beberapa model liang batu itu berbentuk bundar dan berbintik-bintik menyerupai buah jeruk atau limau. Kuburan-kuburan batu itu disebut juga sebagai liang paa’. Ada 75 lubang pada dinding cadas. Beberapa di antaranya memiliki patung-patung berjajar yang disebut tau-tau. Patung-patung itu merupakan lambang kedudukan sosial, status, dan peran mereka semasa hidup sebagai bangsawan setempat. Obyek ini ramai dikunjungi sejak tahun 1960. Selain menyaksikan kuburan batu, wisatawan juga dapat membeli berbagai sovenir atau berjalan jalan sekitar obyek tersebut menyaksikan buah buah pangi yang ranum kecoklatan. Buah-buah itu siap diolah dan dimakan sebagai makanan khas suku Toraja yang di sebut pantollo pamarrasan.