6.30.2014

5 Hewan Purbakala yang Masih Hidup di Indonesia

Hewan purba adalah hewan yang hidup pada masa lampau dan sekarang telah banyak yang punah. Umumnya, hewan-hewan ini hanya dikenali dari sisa-sisa tulang belulangnya yang disebut fosil. Kadangkala sejenis hewan purbakala dianggap telah punah, tetapi ternyata ditemukan masih hidup, maka hewan ini disebut fosil hidup, seperti ikan coelacanth.

Seperti yang kita ketahui bahwa di berbagai penjuru dunia ini, terdapat beberapa spesies hewan purba yang ditemukan masih hidup. Seperti halnya kelima hewan purba yang akan dibahas berikut ini. Tentu saja kelima hewan purba ini adalah spesies hewan purbakala yang ada di Indonesia. Hewan-hewan apa sajakah yang dimaksud? Penasaran, mari kita simak yang berikut.

1. Arwana
5 Hewan Purbakala yang Masih Hidup di Indonesia
Arwana5 Hewan Purbakala yang Masih Hidup di Indonesia
Arwana Asia atau yang kita sebut Siluk Merah adalah salah satu spesies ikan air tawar dari Asia Tenggara. Ikan ini memiliki badan yang panjang. Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Menurut kelompok kuno Osteoglossids, ikan ini sudah ada pada periode Jurassic. Saat ini, mereka bisa ditemukan di Amazon, dan di beberapa bagian Afrika, Asia dan Australia. 

Kadang-kadang disimpan sebagai hewan peliharaan eksotis, arwana merupakan predator rakus pemangsa binatang kecil yang dapat mereka tangkap, termasuk burung dan kelelawar yang mereka tangkap dalam penerbangan pertengahan (mereka bisa melompat hingga 2 meter ke udara). Di Cina, arwana terkenal sebagai "Ikan Naga" karena penampilan mereka, dan mereka dianggap Pembawa keberuntungan atau Nasib Baik.

2. Buaya
5 Hewan Purbakala yang Masih Hidup di Indonesia
Buaya5 Hewan Purbakala yang Masih Hidup di Indonesia
Buaya adalah sejenis reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan. Seperti telah kita ketahui bersama baha buaya merupakan salah satu hewan purba yang tersisa si bumi ini. Buaya merupakan hewan Karnivora yang dapat hidup di air dan daratan. Indonesia memiliki 7 spesies buaya dari total seluruh spesies buaya yang ada di Dunia.
Spesies buaya yang terdapat di Indonesia antara lain :

Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii)
Buaya senyulong tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ciri-ciri yang membedakan buaya senyulong dengan jenis buaya lainnya adalah moncongnya yang relatif sempit.
Buaya muara (Crocodylus porosus)
Buaya muara adalah spesies buaya yang terbesar, terpanjang dan terganas di antara jenis-jenis buaya lainnya di dunia. Selain itu, buaya muara juga memiliki habitat persebaran yang sangat luas, bahkan terluas dibandingkan spesies buaya lainnya. Buaya muara dapat ditemukan mulai dari Teluk Benggala (India, Sri Langka, dan Bangladesh) hingga Kepulauan Fiji. Indonesia menjadi habitat terfavorit bagi buaya muara selain Australia.
Buaya sahul (Crocodylus novaeguineae)
Buaya sahul sebenarnya sama atau masih dianggap satu jenis dengan buaya irian. Namun oleh beberapa ahli taksonomi buaya sahul yang hanya tersebar di Papua bagian selatan ini diusulkan untuk menjadi spesies tersendiri.
Buaya irian (Crocodylus novaeguineae)
Buaya irian hanya terdapat di pulau Irian (Indonesia dan Papua Nugini). Bentuk tubuh buaya yang hidup di air tawar ini menyerupai buaya muara hanya berukuran lebih kecil dan berwarna lebih hitam.
Buaya siam atau buaya air tawar (Crocodylus siamensis)
Buaya Siam diperkirakan berasal dari Siam. Buaya siam selain di Indonesia dapat dijumpai pula di Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, dan Kamboja. Di Indonesia, buaya siam hanya terdapat di Jawa dan Kalimantan.
Buaya mindoro (Crocodylus mindorensis)
Buaya mindoro semula termasuk anak jenis (subspesies) dari buaya irian (Crocodylus novaeguineae) tapi kini buaya ini di anggap sebagai jenis tersendiri. Buaya mindoro di Indonesia dapat ditemukan di Sulawesi bagian timur dan tenggara.
Buaya kalimantan (Crocodylus raninus)
Buaya kalimantan mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan buaya muara. Lantaran itu buaya yang hanya dapat ditemui di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ini statusnya masih menjadi perdebatan para ahli.
3. Coelacanth (Raja Ikan Laut Purba)
Coelacanth and pup - smithsonian
By Tim Evanson [CC-BY-SA-2.0], via Wikimedia Commons
Coelacanth adalah nama ordo (bangsa) ikan yang antara lain terdiri dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Coelacanth diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun yang lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di timur Afrika Selatan, di perairan sungai Chalumna tahun 1938. Sejak itu Coelacanth telah ditemukan di Komoro, perairan pulau Manado Tua di Sulawesi, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar dan taman laut St. Lucia di Afrika Selatan. 

Hingga saat ini, telah ada 2 spesies hidup Coelacanth yang ditemukan yaitu Coelacanth Komoro, Latimeria chalumnae dan Coelacanth Sulawesi (manado), Latimeria menadoensis. Ikan raja laut atau Coelacanth merupakan ikan purba yang banyak hidup pada 360 juta tahun yang lalu. Ikan raja laut yang dikenal sebagai Coelacanth kini hanya tersisa dua spesies yaitu Latimeria menadoensis(Indonesia Coelacanth) dan Latimeria chalumnae (Comoro Coelacanth). Sedangkan berbagai jenis lainnya, sekitar 120 spesies, dinyatakan telah punah dan hanya ditemukan fosilnya saja.

Coelacanth adalah jenis ikan berparu-paru yang dipercaya sebagian ahli sebagai nenek moyang tetrapoda, yaitu nenek moyang binatang yang hidup di darat termasuk manusia. Ikan raja laut atau Coelacanth mempunyai habitat di lautan dalam, 700 meter di bawah permukaan laut. Meski terkadang ikan purba ini bisa berada dikedalaman laut 200 meter.

Pada tahun 1998, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan jenis ini sebenarnya sudah umum dikenal oleh nelayan setempat namun belum terdiskripsikan hingga seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Erdmann dan beberapa temannya termasuk ilmuan LIPI mempublikasikannya dan belakangan ikan raja laut ini disebut sebagai spesies baru, Latimeria menadoensis ( Coelacanth Sulawesi).

Antara ikan raja laut spesies Latimeria chalumnae (Coelacanth Komoro) dan Latimeria menadoensis (Coelacanth Sulawesi) mempunyai ciri-ciri yang serupa. Ekor ikan purba ini berbentuk seperti kipas dengan mata yang besar dan sisik yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Panjangnya mencapai 2 meter dengan berat mencapai 80-100 kg. Perbedaannya terdapat pada warna kulit Latimeria menadoensis yang berwarna coklat sedangkan Latimeria chalumnae berwarna biru baja.

4. Trenggiling
Zoo Leipzig - Chinesisches Ohrenschuppentier
By nachbarnebenan 09:26, 16. Jul. 2009 (CEST).Nachbarnebenan at de.wikipedia [Public domain], from Wikimedia Commons
Trenggiling atau Pangolin adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling termasuk salah satu hewan purba, beberapa fosil trenggiling sudah ditemukan pada masa Oligosen dan Miosen. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. 

Apabila diganggu, maka trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Trenggiling yang ada di Indonesia dikenal dengan nama Trenggiling Jawa (Manis Javanica) dijumpai di daerah pegunungan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa serta Bali. Walaupun tampak seperti reptil, hewan ini tergolong mamalia. Sekarang di Indonesia sendiri hewan ini termasuk hewan yang dilindungi. Di Provinsi Jambi populasi trenggiling masih cukup banyak ditemui.

Indonesia sebenarnya sungguh menakjubkan karena di wilayah ini kita masih bisa menemukan beragam hewan purba yang unik. Populasi mereka sudah sangat sedikit dan harus dilindungi kelestariannya. Sebaiknya jangan sampai hewan-hewan purba ini punah seperti hewan-hewan purba lainnya yang telah punah jutaan tahun yang lalu.

5. Komodo
Komodo Dragons
By Katsutoshi Seki (Karya sendiri) [CC-BY-SA-3.0], via Wikimedia Commons
Komodo atau yang biasa disebut gengan biawak komodo (Varanus komodoensis), merupakan kadal terbesar di dunia dengan panjang tubuh mencapai 2-3 meter dan berat mencapai 70-140 kilogram. Ukurannya yang besar ini berkaitan dengan gejala gigantisme pulau, yaitu tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait cenderung besar karena tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

Komodo merupakan dinasaurus purba yang hanya hidup (endemik) di Indonesia saja, tepatnya di Taman Nasional Pulau Komodo. Meski begitu, komodo juga dapat ditemukan di dua pulau lain disekitar pulau komodo, yaitu pulau Rinca dan Pulau Padar. Rahasia Kadal Komodo hingga dapat bertahan selama 40 juta tahun ialah karena ia memiliki sistem pertahanan hidup alami yang terdapat pada kuku serta air liurnya. Air liur komodo sangat mematikan karena mengandung 66 jenis bakteri mematikan. Sementara rahasia lain mengapa komodo dapat bertahan selama ini ialah karena cara bereproduksi komodo sangat istemewa. Komodo dapat bertelur tanpa adanya pejantan (partenogenesis).

No comments:

Post a Comment